<span>PERHATIAN TERAKHIR</span>
Aku memandang kalender yang tergantung di dinding dengan kesal. Kurang lebih 2 bulan aku dan lia jadian. Tapi belum pernah aku merasakan sesuatu yang istimewa dari hubungan kami ini. Awalnya sich baik-baik saja, tapi semakin lama aku semakin letih, sepi seakan merangkai hatiku, dan tak sedikitpun lia peduli dengan itu.Baiklah, aku maklum, mungkin lia memang masih butuh waktu lebih untuk benar-benar mencintai aku.
Seiring berjalannya waktu aku semakin bingung dengan sikap lia padaku, aku merasa seakaan-akan lia tidak mencintaiku sedikitpun, dan ini diperkuat saat aku berpura-pura minta putus sama dia, sepertinya lia fine-fine aja. Tapi biar bagaimanapun lia telah melemahkan hatiku, tak semudah itu aku akan melepasnya, dengan berbagai kata-kata aku minta lia balikan lagi, dan anehnya dia mau.
Dan tanpa kusadari, hubungan kami telah berjalan 4 bulan, tapi tetap saja lia begitu, selalu acuhkan aku, dan sedikitnya telah 20 kali kami putus nyambung selama 4 bulan ini kami jadian.
Bukannya sekali aku menanyakan mengapa lia begitu padaku, jawabnya masih saja sama,
Aku nyesal max, aku nyesel dah nyuekin kamu, aku janji akan berubah, aku akan perhatian ma kamu layaknya seorang pacar, ucap lia.
Lia memang menepati janjinya, tapi untuk waktu yang singkat saja, sehari dua hari dia telah lupa akan janjinya, dan kembali seperti dulu tak menganggapku sebagai pacarnya. Kali ini aku benar-benar menyerah, kesabaranku sirnah sudah, selama ini aku selalu mengalah dan bersabar menerima sikapnya, tapi kali ini aku sungguh tak sanggup lagi. Aku ingin mengakhiri hubungan ini saja, lewat sms aku bilang padanya, li, aku mau kita putus, dia bukannya nolak ku putusin, tapi nampaknya dia kurang terima. aku terkejut dengan sms balasannya, ternyata dia nangis, dia nyampakin hp nya, dan temannya yang ngambil hp nya nyuruh aku untuk nemui lia dan bicara baik- baik, jelas saja aku menolak, karena selama ini lia selalu ngindar tiap kali aku mencoba mendekatinya.
Abet dan tina sahabatnya marah padaku, karena aku tak mau ketemuan ma lia, dan mereka jadi membenciku sampai saat ini, aku tak menyalahkan mereka membenciku, tapi aku menyalahkan diriku yang malah balik membenci mereka karena berbagai alasan. Dan lia pun angkat bicara, “ terserahmu lah, aku pikir kamu akan setia, tapi gininya jadinya, met bersenang-senang lah ma dia” ini memang salah satu hal yang ku benci dari dia, dia cemburu melihatku mendekati gita sahabatnya sendiri, sedangkan saat aku nyuruh dia jauhin febry ibannya, dia dengan cuek nya bilang ngak bisa, tapi aku bisa terima keegoisanyya itu.
Heran, apa sih susahnya perhatian sama pacar sendiri? Aku mendengus kesal.lia memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas ataupun lewat sms yang dikirimkannya padaku.Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu menyapanya dengan kata-kata manis setiap hari. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms tuk luluhkan hatinya. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.
Aku tahu, kalau aku mencintai lia, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih perhatian? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan, lia jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam 4 bulan kami jadian. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat berdua untuk cerita dari hati ke hati.
Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Dia selalu melarang aku mendekati gita sahabatnya itu, padahal aku sabar-sabar saja saat dia tidak mau menjauhi febry dulu.
Sebenarnya, hari ini aku sudah bertekad untuk mendekati lia,. Aku ingin berdua dengannya dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Tetapi, begitulah lia. Sulit sekali baginya meninggalkan teman-temannya dan meluangkan sejenak waktunya untukku.
”Max, kamu yakin mau menerima Lia? Ken sahabatku menatapku heran. dia itu adik kelas kita lho. Tidak sesuai dengan daya pikir kita dalam hal percintaan, dia masih kekanak-kanakan. Lia itu tipe gadis serius dan kurang perhatian. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya Cuma gitu-gitu aja Ken menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu.
lho kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau gue punya pacar? tanyaku sambil merendah. Ken tertawa melihatku. Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama Lia. Ken tertawa geli. Kamu belum tahu Lia, max! Tetapi, apapun kata Ken, aku telah bertekad untuk menerima lia apa adanya. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia gadis yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.
Minggu-minggu pertama setelah hari jadian kami, tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya kekasih baru,lia berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat waktu semakin cepat berlari meninggalkan kami disini. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untuk kami berdua. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya…
Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi kali ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Lagi-lagi lia menghindar dariku.
Aku langsung masuk ke kamarku, Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Dan mencoba memejamkan mataku yang lelah ini.
*************
”Kenapa max? Ada masalah dengan Lia?”Ken membuka percakapan tanpa basa-basi saat aku datang kerumahnya dengan muka lesu. Aku mengangguk.Ken memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu perasaanku.
Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ken. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ken. Ken tersenyum mendengar ceritaku. Ia menepuk pundakku. ”Max, mungkin semua ini cobaan untuk kamu dari lia, mungkin dia ingin melihat batas kesabaran mu menghadapi kelemahannya. Sehingga dia sedikit aneh ma kamu. kamu jangan terganggu dengan sikap lia itu. Cobalah, Max pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Lia? Ia gadis yang baik. Setia, jujur, cantik lagi walaupun sedikit pendiam.
Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ken. ”Tapi Ken, dia itu dah keterlaluan sekali. Masak dia nggak pernah perhatian ma aku ?. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku ini pacarnya, ken. Tapi kenapa ya? keq patung buat dia ?” Aku masih berontak. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ken.
Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan lia? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaiksangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak perlu diragukan. Walaupun banyak lelaki lain yang tergila-gila sama lia, dia tetap berusaha bertahan dengan cintaku. Padahal kalau mau, dengan mudah dia bisa dapat lelaki lain yang lebih dariku.
”Max, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Lia yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ken berkata tenang.
Aku memandang Ken. Perkataan Ken benar-benar menohokku. Ya, Ken benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Glen, salah seorang sahabatku yang stres karena diputuskan pacarnya dan berselingkuh dengan lelaki lain? dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya refreshing ke Bar tuk melupakan pacarnya itu?
Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari, agar ia dapat mengubah sikapnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kecuekennya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?
Aku segera pamit kepada Ken. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam, aku tak mau masalah ini jadi membebaniku, yang akan membuat aku tidak semangat menjalani hidupku. Makan malam sudah siap. Aku merangkai sebuah puisi yang indah untuknya. Lama aku menunggu balasan sms darinya, dia tak pernah begini, biasanya dia selalu dengan cepat membalas sms dariku, aku tertidur dan membawa semua kejadian hari ini dalam mimpi indahku.
Paginya Aku terbangun dengan kaget. Ya Ampun, aku terlambat bangun. Kulirik jam dinding, jam 7 pagi. Aku bangkit. Dan berlari dengan cepat ke kamar mandi, aku bisa terlambat kalau tidak cepat-cepat bergegas ke sekolah, apalagi hari ini kami ada ulangan fisika. Kupakaikan seragamku dengan amburadul, ku ambil perlengkapanku dengan terbirit-birit, aku tak sempat sarapan, moga ja aku belum terlambat hari ini, pekik ku.
Huuhff …………
Akhirnyta aku sampai juga di sekolah walaupun sedikit terlambat, tapi yang penting masih bisa ikut baris dan mengikuti kebaktian pagi untuk minta perlindungan kepada tuhan supaya memberkati aku hari ini.
Barisanpun telah bubar, tapi kenapa perasaanku ngk enak eah? Keq nya ada yang kurang, tapi apa yach? Hhhmm……oh iyah, aku belum lihat dia pagi ini, biasanya kalau bubar barisan, rambut panjangnya yang indah sudah menghiasi mataku, tapi pagi ini koq tidak eah?
Kekwatiran pun menyelimuti hatiku, di tambah lagi sejak semalam dia tak ada kabar, sms ku pun tak ada balasannya.
Sejenak aku melupakan semua keraguan itu, ku persiapkan hati dan pikiranku tuk menghadapi ujian kali ini, aku tak ingin nilaiku tidak memuaskan nantinya. Tak terasa ujianpun telah usai, aku sedikit frustasi dengan soal tadi, tapi sudahlah, yang penting aku sudah berusaha semampuku.
Jam istirahat tiba, kuperhatikan sosok gadis pujaanku tak kunjung muncul juga, aku duduk termenung, dalam hati aku penuh Tanya, apa mungkin dia lagi sakit? Ahhhh….lagi lagi aku menepis dugaan yang menyedihkan itu.
Waktu pun telah merangkak dengan gesitnya, aku benar-benar tidak melihat sinar itu hari ini, rasa rindu pun telah menggertu di hatiku, berkali-kali aku sms dia, tapi tak satupun sms ku yang terbalas olehnya. Aku semakin heran tak karuan, ini benar-benar bukan sikap lia, dia memang tak perhatian sama ku, tapi dia tak setega ini juga kalaupun marah samaku.
Akupun pergi jalan-jalan sambil menikmati angin sore yang membuat bulu tanganku berdiri, aku ingin lewat dari depan rumah lia, mana tau aku bisa liat dia lagi nyiram bungan seperti biasanya. Tapi entah mengapa ada sesuatu yang merasuk di dadaku, begai sebuah teka-teki yang tak dapat kuungkapkan. Akupun sampai di depan rumah lia, semua bulu kudukku semakin mendentang. Tak seperti biasanya, rumah lia penuh keramaian, aku semakin jantungan, apa yang terjadi dengan lia? Hatiku semakin bertanya-tanya tanpa tau apa yang harus kulakukan. Aku memutuskan untuk masuk langsung kerumah lia, dan semuanyapun terjawab, kekawatiran yang kurasakan belakangan ini terpecahkan sudah.
Lia ternyata benar-benar akan acuhkan aku tuk selamanya, dia dengan santainya menutup matanya dan pergi kealam mimpi yang tidak akan pernah berakhir, aku tak kuasa menahan semuanya, air mataku telah bercucuran, lia memang kejam, setega ini rupanya dia padaku, dia katupkan bibirnya dan membisu, dia tak peduli denganku yang sedari tadi telah menitikkan air mata karena dia, tapi apa yang dia lakukan? Dia lemah, dia tak berdaya, dia tak bernyawa lagi, wajahnya yang dulu selalu memerah saat bercanda denganku, sekarang memudar dan pucat, tangan yang dulu malu-malu tuk menggenggam tanganku, sekarang terlipat diatas kehangatan tidurnya, kaki yang dulu selalu berlari untuk menghindar dariku, kini telah terikat tuk selamanya. Aku tak kuasa melihat lia berbaring tak berdaya, air mataku bercucuran kian derasnya, lia telah pergi untuk selamanya, membawa kenangan dan meninggalkan duka, tanpa ada kata dia meninggalkanku, tk tau entah kemana, tak tau untuk apa, tapi dia tetap pergi dengan hati yang berat dariku tuk melepaskannya. Bibirnya tak sudi tuk mengatakan I love u padaku tuk yang terakhir kalinya. Tapi aku hanya bisa menangis didalam gelontoran kesedihanku, dan di antara rumunan orang yang tak rela lia pergi, karena selama ini lia selalu menyembunyikan cinta kami, memang ini terlalu cepat untuk kami.
Di tengah kesedihan yang menyelimuti hatiku, ada tangan yang menepuk pundakku, gita, dia mengajakku bicara berdua sebentar.
“max, aku tau kamu tak akn mampu terima ini, tapi itulah cinta, terkadang tak sesuai dengan yang kita inginkan, selama ini lia cuek, ngk perhatian, acuhkan kamu itu bukan karena dia tak cinta ma kamu, cinta mati malah dia ma kamu, kamu bisa liatkan, dia pergi dengan status masih kekasihmu. Tapi selama ini lia takut, lia takut kamu terlalu cinta dan akan tergantung sama dia, padahal kenyataannya dia akan ninggalin kamu dalam waktu yang singkat, makanya dia buat kamu kecewa ma dia, padahal kamu tak tau, saat dia lakuin itu, hatinya teriris, bagai jeruji besi yang tertancap ke tubuhnya. Ahhh sudahlah, aku tak sanggup bicara lagi. Dia titip ini buat kamu, ini dia tulis dengan senyum walaupun hatinya menangis. Gita meyodorkan selembar kertas. Perlahan aku membuka surat itu.
Hai, say, say pa kabar? Say dah makan blum?
Aku udah loh, say makan juga eah? Biar say ngak sakit. Oh ia say, gimana tadi di skull? Seru ngk? Say ngak maen bola agy khan? Khan kaki say lum sembuh?.
Aq mau crita nie say, aku kesal dech hari ni, soalnya aku ngk liat say dari kemarin. Alna aku musti pigi jauh say, aku sich mau na pigi ma say kian, tapi keq na aku harus pigi sendiri dech, alna say pasti masih sibuk. Lagian aku pergi na ngk sebentar say, tapi selamanya, pasti say ngk mau ikut kian toh? Makanya itu aku jadi pigi sendiri dech.
Maaf eah say, aku ngk sempat bilang ne langsung ma say, soalnya waktuku dah tipis banget. Makasih atas semua yang telah say berikan ma qu, tapi sekali lagi aku minta maaf karena aq ngk penah bisa bahagiain say, ngk bisa balas apa yang say berikan ma qu. Sebenarnya sie bukannya aq ngak mau say, tapi aku takut, aku takutttt bangat say, aku takut law aku ngertiin say, perhatian ma say, suatu saat say akan semakin menyayangiku, trus dah gitu, law aku pigi keq gini say jadi ngak bisa lanjutin hidup say dengan semangat, makanya aku ngindar dari say, aku ngk mau buat kenangan yang menyedihkan nantinya dihati say, karena aku hanya pengen liat say bahagia meskipun tanpa ada aku di hidup say lagi. Jangan menangis eah say, semua na telah berakhir, say tau kan tak ada yang abadi, maaf bila aku secepat ne ninggalin say, tapi dahulu, sekarang, dan nantinya aku tetap sayang ma say, meskipun sampai saat aku pergi ini aku lum bisa buktiin sayangku ma say dengan tindakan-tindakan yang membahagiakan say.
Oh iya say, meskipun aku dah ngak ada bukan berarti say boleh hapus aku dari hati say, aku ngk mw itu, aku pengen tetap ada disana hingga tangan tuhan akan menyatukan kita lagi, aku pasti nunggu say dengan setia disini.
Aku ngk larang say cari penggantiku, karena aku tau say sangat membutuhkan perhatian dari seseorang yang tak sempat aku berikan selama hidupku. Tapi bukan berarti aku dukung say tuk lupain aku, karena jujur, mungkin aku masih akan cemburu law lihat say berdua dengan gadis lain. Aku bukannya perasaan, tapi say juga pasti ngk akan mudah lupain aku, tapi say jangan egois eah, say harus rela melepaskan aku memilih jalan untuk kebahagiaanku. Met tinggal say, jangan sedih lagi eah, aku kan dah mw perhatian ma say, law pun tanpa nafas cintaku lagi. Aku sangat menyangimu say. Jadi, law say benar sayang ma ku, jangan menangis lagi, karena air mata say adalah air mataku juga. Aku tak mau kepergianku beralaskan air mata dari orang yang sangat aku cintai.
Baek-baek di bumi eah, ingat, jgn lupa berdoa untuk aku, trus law makan yang teratur, biar magh say ngk kambuh-kambuh lagi, biar aku ngk kawatiran ma say qu. Aku punya permintaan ma say, beleh ngk? Boleh eah say? Aku mw say kecup keningku tk yang terakhir kalinya, say ngk usah takut ma ortuku, aku dah cerita koq sebelumnya ma mamaku. I love u say……….
Aku tak kuasa tuk menahan luka yang menyedihkan ini, seakan aku berada di alam yang tak pernah kusinggahi sebelumnya, tapi aku tak peduli dengan semua itu, yang ada di pikiranku hanyalah membahagiakan lia tuk yang terakhir kalinya.
Kukecup mesra kening yang pucat dan membeku itu, ku lepaskan semua dahagaku sama lia, tanpa kusadari terucap kata dari bibirku, li, met jalan eah, maafin aku yang pernah kecewa, lukai perasaan mu, dan benci ma kamu, aku selalu nuntut kamu perhatian ma ku, padahal aku sendiri ngk tau law waktumu untukku sesingkat ini, bahagia disana eah say, kamu abadi dihatiku koq, makasih atas perhatian terakhir yang say berikan buat aku, tapi say harus janji eah, say harus tungguin aku di sana, selama apa pun aku akan tiba dan bahagia ma say lagi. Tapi masih ada sesuatu yang lia berikan buat aku, secarik kertas yang diberikannya ma ken, sebait puisi dan gambar wajah yang sedang tersenyum.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Lewat kata yang tak sempat kusampaikan
Awan kepada air yang menjadikannya tiada
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat kuucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Semuanya semakin meyakinkan aku bahwa cinta kadang tak terlihat oleh mata, tapi dirasakan oleh mata hati. Aku berjanji dalam hatiku, jika kelak aku sudah dewasa dan berketurunan, akan kuberi nama lia kepada anak perempuanku, agar ia tetap ada disampingku selamanya.
I LOVE YOU LIA.
"As half you can see the paradise, but together, completing each other,we will be in paradise."
Kritik dan saran
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Tiuz shifters
Aku memandang kalender yang tergantung di dinding dengan kesal. Kurang lebih 2 bulan aku dan lia jadian. Tapi belum pernah aku merasakan sesuatu yang istimewa dari hubungan kami ini. Awalnya sich baik-baik saja, tapi semakin lama aku semakin letih, sepi seakan merangkai hatiku, dan tak sedikitpun lia peduli dengan itu.Baiklah, aku maklum, mungkin lia memang masih butuh waktu lebih untuk benar-benar mencintai aku.
Seiring berjalannya waktu aku semakin bingung dengan sikap lia padaku, aku merasa seakaan-akan lia tidak mencintaiku sedikitpun, dan ini diperkuat saat aku berpura-pura minta putus sama dia, sepertinya lia fine-fine aja. Tapi biar bagaimanapun lia telah melemahkan hatiku, tak semudah itu aku akan melepasnya, dengan berbagai kata-kata aku minta lia balikan lagi, dan anehnya dia mau.
Dan tanpa kusadari, hubungan kami telah berjalan 4 bulan, tapi tetap saja lia begitu, selalu acuhkan aku, dan sedikitnya telah 20 kali kami putus nyambung selama 4 bulan ini kami jadian.
Bukannya sekali aku menanyakan mengapa lia begitu padaku, jawabnya masih saja sama,
Aku nyesal max, aku nyesel dah nyuekin kamu, aku janji akan berubah, aku akan perhatian ma kamu layaknya seorang pacar, ucap lia.
Lia memang menepati janjinya, tapi untuk waktu yang singkat saja, sehari dua hari dia telah lupa akan janjinya, dan kembali seperti dulu tak menganggapku sebagai pacarnya. Kali ini aku benar-benar menyerah, kesabaranku sirnah sudah, selama ini aku selalu mengalah dan bersabar menerima sikapnya, tapi kali ini aku sungguh tak sanggup lagi. Aku ingin mengakhiri hubungan ini saja, lewat sms aku bilang padanya, li, aku mau kita putus, dia bukannya nolak ku putusin, tapi nampaknya dia kurang terima. aku terkejut dengan sms balasannya, ternyata dia nangis, dia nyampakin hp nya, dan temannya yang ngambil hp nya nyuruh aku untuk nemui lia dan bicara baik- baik, jelas saja aku menolak, karena selama ini lia selalu ngindar tiap kali aku mencoba mendekatinya.
Abet dan tina sahabatnya marah padaku, karena aku tak mau ketemuan ma lia, dan mereka jadi membenciku sampai saat ini, aku tak menyalahkan mereka membenciku, tapi aku menyalahkan diriku yang malah balik membenci mereka karena berbagai alasan. Dan lia pun angkat bicara, “ terserahmu lah, aku pikir kamu akan setia, tapi gininya jadinya, met bersenang-senang lah ma dia” ini memang salah satu hal yang ku benci dari dia, dia cemburu melihatku mendekati gita sahabatnya sendiri, sedangkan saat aku nyuruh dia jauhin febry ibannya, dia dengan cuek nya bilang ngak bisa, tapi aku bisa terima keegoisanyya itu.
Heran, apa sih susahnya perhatian sama pacar sendiri? Aku mendengus kesal.lia memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas ataupun lewat sms yang dikirimkannya padaku.Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu menyapanya dengan kata-kata manis setiap hari. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms tuk luluhkan hatinya. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.
Aku tahu, kalau aku mencintai lia, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih perhatian? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan, lia jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam 4 bulan kami jadian. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat berdua untuk cerita dari hati ke hati.
Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Dia selalu melarang aku mendekati gita sahabatnya itu, padahal aku sabar-sabar saja saat dia tidak mau menjauhi febry dulu.
Sebenarnya, hari ini aku sudah bertekad untuk mendekati lia,. Aku ingin berdua dengannya dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Tetapi, begitulah lia. Sulit sekali baginya meninggalkan teman-temannya dan meluangkan sejenak waktunya untukku.
”Max, kamu yakin mau menerima Lia? Ken sahabatku menatapku heran. dia itu adik kelas kita lho. Tidak sesuai dengan daya pikir kita dalam hal percintaan, dia masih kekanak-kanakan. Lia itu tipe gadis serius dan kurang perhatian. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya Cuma gitu-gitu aja Ken menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu.
lho kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau gue punya pacar? tanyaku sambil merendah. Ken tertawa melihatku. Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama Lia. Ken tertawa geli. Kamu belum tahu Lia, max! Tetapi, apapun kata Ken, aku telah bertekad untuk menerima lia apa adanya. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia gadis yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.
Minggu-minggu pertama setelah hari jadian kami, tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya kekasih baru,lia berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat waktu semakin cepat berlari meninggalkan kami disini. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untuk kami berdua. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya…
Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi kali ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Lagi-lagi lia menghindar dariku.
Aku langsung masuk ke kamarku, Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Dan mencoba memejamkan mataku yang lelah ini.
*************
”Kenapa max? Ada masalah dengan Lia?”Ken membuka percakapan tanpa basa-basi saat aku datang kerumahnya dengan muka lesu. Aku mengangguk.Ken memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu perasaanku.
Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ken. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ken. Ken tersenyum mendengar ceritaku. Ia menepuk pundakku. ”Max, mungkin semua ini cobaan untuk kamu dari lia, mungkin dia ingin melihat batas kesabaran mu menghadapi kelemahannya. Sehingga dia sedikit aneh ma kamu. kamu jangan terganggu dengan sikap lia itu. Cobalah, Max pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Lia? Ia gadis yang baik. Setia, jujur, cantik lagi walaupun sedikit pendiam.
Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ken. ”Tapi Ken, dia itu dah keterlaluan sekali. Masak dia nggak pernah perhatian ma aku ?. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku ini pacarnya, ken. Tapi kenapa ya? keq patung buat dia ?” Aku masih berontak. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ken.
Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan lia? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaiksangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak perlu diragukan. Walaupun banyak lelaki lain yang tergila-gila sama lia, dia tetap berusaha bertahan dengan cintaku. Padahal kalau mau, dengan mudah dia bisa dapat lelaki lain yang lebih dariku.
”Max, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Lia yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ken berkata tenang.
Aku memandang Ken. Perkataan Ken benar-benar menohokku. Ya, Ken benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Glen, salah seorang sahabatku yang stres karena diputuskan pacarnya dan berselingkuh dengan lelaki lain? dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya refreshing ke Bar tuk melupakan pacarnya itu?
Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari, agar ia dapat mengubah sikapnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kecuekennya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?
Aku segera pamit kepada Ken. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam, aku tak mau masalah ini jadi membebaniku, yang akan membuat aku tidak semangat menjalani hidupku. Makan malam sudah siap. Aku merangkai sebuah puisi yang indah untuknya. Lama aku menunggu balasan sms darinya, dia tak pernah begini, biasanya dia selalu dengan cepat membalas sms dariku, aku tertidur dan membawa semua kejadian hari ini dalam mimpi indahku.
Paginya Aku terbangun dengan kaget. Ya Ampun, aku terlambat bangun. Kulirik jam dinding, jam 7 pagi. Aku bangkit. Dan berlari dengan cepat ke kamar mandi, aku bisa terlambat kalau tidak cepat-cepat bergegas ke sekolah, apalagi hari ini kami ada ulangan fisika. Kupakaikan seragamku dengan amburadul, ku ambil perlengkapanku dengan terbirit-birit, aku tak sempat sarapan, moga ja aku belum terlambat hari ini, pekik ku.
Huuhff …………
Akhirnyta aku sampai juga di sekolah walaupun sedikit terlambat, tapi yang penting masih bisa ikut baris dan mengikuti kebaktian pagi untuk minta perlindungan kepada tuhan supaya memberkati aku hari ini.
Barisanpun telah bubar, tapi kenapa perasaanku ngk enak eah? Keq nya ada yang kurang, tapi apa yach? Hhhmm……oh iyah, aku belum lihat dia pagi ini, biasanya kalau bubar barisan, rambut panjangnya yang indah sudah menghiasi mataku, tapi pagi ini koq tidak eah?
Kekwatiran pun menyelimuti hatiku, di tambah lagi sejak semalam dia tak ada kabar, sms ku pun tak ada balasannya.
Sejenak aku melupakan semua keraguan itu, ku persiapkan hati dan pikiranku tuk menghadapi ujian kali ini, aku tak ingin nilaiku tidak memuaskan nantinya. Tak terasa ujianpun telah usai, aku sedikit frustasi dengan soal tadi, tapi sudahlah, yang penting aku sudah berusaha semampuku.
Jam istirahat tiba, kuperhatikan sosok gadis pujaanku tak kunjung muncul juga, aku duduk termenung, dalam hati aku penuh Tanya, apa mungkin dia lagi sakit? Ahhhh….lagi lagi aku menepis dugaan yang menyedihkan itu.
Waktu pun telah merangkak dengan gesitnya, aku benar-benar tidak melihat sinar itu hari ini, rasa rindu pun telah menggertu di hatiku, berkali-kali aku sms dia, tapi tak satupun sms ku yang terbalas olehnya. Aku semakin heran tak karuan, ini benar-benar bukan sikap lia, dia memang tak perhatian sama ku, tapi dia tak setega ini juga kalaupun marah samaku.
Akupun pergi jalan-jalan sambil menikmati angin sore yang membuat bulu tanganku berdiri, aku ingin lewat dari depan rumah lia, mana tau aku bisa liat dia lagi nyiram bungan seperti biasanya. Tapi entah mengapa ada sesuatu yang merasuk di dadaku, begai sebuah teka-teki yang tak dapat kuungkapkan. Akupun sampai di depan rumah lia, semua bulu kudukku semakin mendentang. Tak seperti biasanya, rumah lia penuh keramaian, aku semakin jantungan, apa yang terjadi dengan lia? Hatiku semakin bertanya-tanya tanpa tau apa yang harus kulakukan. Aku memutuskan untuk masuk langsung kerumah lia, dan semuanyapun terjawab, kekawatiran yang kurasakan belakangan ini terpecahkan sudah.
Lia ternyata benar-benar akan acuhkan aku tuk selamanya, dia dengan santainya menutup matanya dan pergi kealam mimpi yang tidak akan pernah berakhir, aku tak kuasa menahan semuanya, air mataku telah bercucuran, lia memang kejam, setega ini rupanya dia padaku, dia katupkan bibirnya dan membisu, dia tak peduli denganku yang sedari tadi telah menitikkan air mata karena dia, tapi apa yang dia lakukan? Dia lemah, dia tak berdaya, dia tak bernyawa lagi, wajahnya yang dulu selalu memerah saat bercanda denganku, sekarang memudar dan pucat, tangan yang dulu malu-malu tuk menggenggam tanganku, sekarang terlipat diatas kehangatan tidurnya, kaki yang dulu selalu berlari untuk menghindar dariku, kini telah terikat tuk selamanya. Aku tak kuasa melihat lia berbaring tak berdaya, air mataku bercucuran kian derasnya, lia telah pergi untuk selamanya, membawa kenangan dan meninggalkan duka, tanpa ada kata dia meninggalkanku, tk tau entah kemana, tak tau untuk apa, tapi dia tetap pergi dengan hati yang berat dariku tuk melepaskannya. Bibirnya tak sudi tuk mengatakan I love u padaku tuk yang terakhir kalinya. Tapi aku hanya bisa menangis didalam gelontoran kesedihanku, dan di antara rumunan orang yang tak rela lia pergi, karena selama ini lia selalu menyembunyikan cinta kami, memang ini terlalu cepat untuk kami.
Di tengah kesedihan yang menyelimuti hatiku, ada tangan yang menepuk pundakku, gita, dia mengajakku bicara berdua sebentar.
“max, aku tau kamu tak akn mampu terima ini, tapi itulah cinta, terkadang tak sesuai dengan yang kita inginkan, selama ini lia cuek, ngk perhatian, acuhkan kamu itu bukan karena dia tak cinta ma kamu, cinta mati malah dia ma kamu, kamu bisa liatkan, dia pergi dengan status masih kekasihmu. Tapi selama ini lia takut, lia takut kamu terlalu cinta dan akan tergantung sama dia, padahal kenyataannya dia akan ninggalin kamu dalam waktu yang singkat, makanya dia buat kamu kecewa ma dia, padahal kamu tak tau, saat dia lakuin itu, hatinya teriris, bagai jeruji besi yang tertancap ke tubuhnya. Ahhh sudahlah, aku tak sanggup bicara lagi. Dia titip ini buat kamu, ini dia tulis dengan senyum walaupun hatinya menangis. Gita meyodorkan selembar kertas. Perlahan aku membuka surat itu.
Hai, say, say pa kabar? Say dah makan blum?
Aku udah loh, say makan juga eah? Biar say ngak sakit. Oh ia say, gimana tadi di skull? Seru ngk? Say ngak maen bola agy khan? Khan kaki say lum sembuh?.
Aq mau crita nie say, aku kesal dech hari ni, soalnya aku ngk liat say dari kemarin. Alna aku musti pigi jauh say, aku sich mau na pigi ma say kian, tapi keq na aku harus pigi sendiri dech, alna say pasti masih sibuk. Lagian aku pergi na ngk sebentar say, tapi selamanya, pasti say ngk mau ikut kian toh? Makanya itu aku jadi pigi sendiri dech.
Maaf eah say, aku ngk sempat bilang ne langsung ma say, soalnya waktuku dah tipis banget. Makasih atas semua yang telah say berikan ma qu, tapi sekali lagi aku minta maaf karena aq ngk penah bisa bahagiain say, ngk bisa balas apa yang say berikan ma qu. Sebenarnya sie bukannya aq ngak mau say, tapi aku takut, aku takutttt bangat say, aku takut law aku ngertiin say, perhatian ma say, suatu saat say akan semakin menyayangiku, trus dah gitu, law aku pigi keq gini say jadi ngak bisa lanjutin hidup say dengan semangat, makanya aku ngindar dari say, aku ngk mau buat kenangan yang menyedihkan nantinya dihati say, karena aku hanya pengen liat say bahagia meskipun tanpa ada aku di hidup say lagi. Jangan menangis eah say, semua na telah berakhir, say tau kan tak ada yang abadi, maaf bila aku secepat ne ninggalin say, tapi dahulu, sekarang, dan nantinya aku tetap sayang ma say, meskipun sampai saat aku pergi ini aku lum bisa buktiin sayangku ma say dengan tindakan-tindakan yang membahagiakan say.
Oh iya say, meskipun aku dah ngak ada bukan berarti say boleh hapus aku dari hati say, aku ngk mw itu, aku pengen tetap ada disana hingga tangan tuhan akan menyatukan kita lagi, aku pasti nunggu say dengan setia disini.
Aku ngk larang say cari penggantiku, karena aku tau say sangat membutuhkan perhatian dari seseorang yang tak sempat aku berikan selama hidupku. Tapi bukan berarti aku dukung say tuk lupain aku, karena jujur, mungkin aku masih akan cemburu law lihat say berdua dengan gadis lain. Aku bukannya perasaan, tapi say juga pasti ngk akan mudah lupain aku, tapi say jangan egois eah, say harus rela melepaskan aku memilih jalan untuk kebahagiaanku. Met tinggal say, jangan sedih lagi eah, aku kan dah mw perhatian ma say, law pun tanpa nafas cintaku lagi. Aku sangat menyangimu say. Jadi, law say benar sayang ma ku, jangan menangis lagi, karena air mata say adalah air mataku juga. Aku tak mau kepergianku beralaskan air mata dari orang yang sangat aku cintai.
Baek-baek di bumi eah, ingat, jgn lupa berdoa untuk aku, trus law makan yang teratur, biar magh say ngk kambuh-kambuh lagi, biar aku ngk kawatiran ma say qu. Aku punya permintaan ma say, beleh ngk? Boleh eah say? Aku mw say kecup keningku tk yang terakhir kalinya, say ngk usah takut ma ortuku, aku dah cerita koq sebelumnya ma mamaku. I love u say……….
Aku tak kuasa tuk menahan luka yang menyedihkan ini, seakan aku berada di alam yang tak pernah kusinggahi sebelumnya, tapi aku tak peduli dengan semua itu, yang ada di pikiranku hanyalah membahagiakan lia tuk yang terakhir kalinya.
Kukecup mesra kening yang pucat dan membeku itu, ku lepaskan semua dahagaku sama lia, tanpa kusadari terucap kata dari bibirku, li, met jalan eah, maafin aku yang pernah kecewa, lukai perasaan mu, dan benci ma kamu, aku selalu nuntut kamu perhatian ma ku, padahal aku sendiri ngk tau law waktumu untukku sesingkat ini, bahagia disana eah say, kamu abadi dihatiku koq, makasih atas perhatian terakhir yang say berikan buat aku, tapi say harus janji eah, say harus tungguin aku di sana, selama apa pun aku akan tiba dan bahagia ma say lagi. Tapi masih ada sesuatu yang lia berikan buat aku, secarik kertas yang diberikannya ma ken, sebait puisi dan gambar wajah yang sedang tersenyum.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Lewat kata yang tak sempat kusampaikan
Awan kepada air yang menjadikannya tiada
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat kuucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Semuanya semakin meyakinkan aku bahwa cinta kadang tak terlihat oleh mata, tapi dirasakan oleh mata hati. Aku berjanji dalam hatiku, jika kelak aku sudah dewasa dan berketurunan, akan kuberi nama lia kepada anak perempuanku, agar ia tetap ada disampingku selamanya.
I LOVE YOU LIA.
"As half you can see the paradise, but together, completing each other,we will be in paradise."
Kritik dan saran
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Tiuz shifters
oe kawn.........
BalasHapus